Jakarta, Bebasinaja Indonesia -- Begitu parlemen Catalonia mendeklarasikan kemerdekaan, masyarakat yang ada di Barcelona mengalami rasa campur aduk. Ada yang bersukacita merayakannya, ada juga yang ketakutan karena was-was kalau pemerintah akan menerapkan kuasa penuh pada kawasan semi-otonom itu agar tidak jadi pisah dari Spanyol.

"Kami telah melalui banyak hal hingga sampai di titik ini," ujar pekerja sosial, Judith Rodriguez (38) dengan mata berkaca-kaca usai parlemen Catalonia mendeklarasikan kemerdekaan, pada Jumat (27/10), seperti dilansir dari AFP.

Rodriguez menambahkan, dirinya merasa sangat emosional bahwa deklarasi itu akhirnya terjadi. Deklarasi kemerdekaan memberi kesempatan untuk Catalonia membangun sebuah republik, negara baru dari awal.


Senada dengan Rodriguez, Joan Servitje (66) mengatakan kemerdekaan Catalonia menjadi satu-satunya cara agar dapat melestarikan kekayaan budaya, sejarah, bahasa dan identitas Catalan. Sesuatu yang menurutnya tak boleh disia-siakan.

Saya tidak diajari bahasa Catalan di sekolah. Bahkan di masa lampau, itu dilarang," ujarnya. 

Sementara, kata dia, bahasa adalah identitas bagi masyarakat. "Kamu tak dapat menghancurkan identitas seseorang," ujarnya. 

Sementara itu, Mahkamah Konstitusi Spanyol menilai pemungutan suara Catalonia itu ilegal, tapi kelompok separatis terus melanjutkan agenda mereka hingga ke parlemen Jumat (27/10). 

Deklarasi kemerdekaan itu ditengarai tidak akan bertahan lama karena tidak diakui oleh Spanyol, dan bahkan Perdana Menteri Spanyol diberi mandat oleh senat untuk mengambil alih kepemimpinan atas Catalonia, baik keuangan maupun politik. 

Banyak warga Catalan, baik yang pro maupun kontra kemerdekaan, merasakan deklarasi itu sebagai langkah besar. 

"Tak ada jalan untuk kembali," ujar Servitje, yang didukung oleh saudarinya, Montserrat Servitje. 

"Saya setuju untuk Catalonia merdeka, tapi tidak melalui jalan yang kini sedang terjadi, kami tak tahu bagaimana ini jadinya nanti," ujar dia. 

Mendukung Spanyol 

Sementara itu, Pol Aranda (24) menyatakan dirinya berada di pihak Spanyol. Namun, ia tak memungkiri apa yang dilakukan pihak kepolisian sewaktu kisruh referendum 1 Oktober membuatnya ketakutan. 

"Saya tak setuju dengan politik Spanyol tapi saya juga tidak setuju dengan apa yang terjadi saat ini," ujarnya merujuk pada permainan politik antara kelompok separatis Catalonia dan pemerintah Spanyol.

Tak jauh dari situ, Ana Moran (34) mempertanyakan prioritas para politisi. 

"Kelompok separatis tak punya agenda yang jelas," ujarnya. 

Tak hanya itu ia juga mengkhawatirkan kondisi Catalonia di masa mendatang. 

"Kita pernah mendapat serangan sebelumnya," ujar dia merujuk pada terorisme di sekitar Barcelona yang menewaskan 16 orang di Agustus lalu. Dengan apa yang terjadi dengan pemerintahan Catalonia, kekhawatiran itu bertambah.

Seperti dilansir dari Independent, Gerard Figueras selaku menteri olahraga Katalunya angkat bicara. Dia mengatakan, Barcelona dapat saja keluar dari La Liga dan pindah ke liga mana pun, termasuk Liga Primer Inggris.


selamat buat catalonia , serta selamat buat barcelona FC yg ke kasta liga cacing


Jakarta, Bebasinaja Indonesia -- Begitu parlemen Catalonia mendeklarasikan kemerdekaan, masyarakat yang ada di Barcelona mengalami rasa campur aduk. Ada yang bersukacita merayakannya, ada juga yang ketakutan karena was-was kalau pemerintah akan menerapkan kuasa penuh pada kawasan semi-otonom itu agar tidak jadi pisah dari Spanyol.

"Kami telah melalui banyak hal hingga sampai di titik ini," ujar pekerja sosial, Judith Rodriguez (38) dengan mata berkaca-kaca usai parlemen Catalonia mendeklarasikan kemerdekaan, pada Jumat (27/10), seperti dilansir dari AFP.

Rodriguez menambahkan, dirinya merasa sangat emosional bahwa deklarasi itu akhirnya terjadi. Deklarasi kemerdekaan memberi kesempatan untuk Catalonia membangun sebuah republik, negara baru dari awal.


Senada dengan Rodriguez, Joan Servitje (66) mengatakan kemerdekaan Catalonia menjadi satu-satunya cara agar dapat melestarikan kekayaan budaya, sejarah, bahasa dan identitas Catalan. Sesuatu yang menurutnya tak boleh disia-siakan.

Saya tidak diajari bahasa Catalan di sekolah. Bahkan di masa lampau, itu dilarang," ujarnya. 

Sementara, kata dia, bahasa adalah identitas bagi masyarakat. "Kamu tak dapat menghancurkan identitas seseorang," ujarnya. 

Sementara itu, Mahkamah Konstitusi Spanyol menilai pemungutan suara Catalonia itu ilegal, tapi kelompok separatis terus melanjutkan agenda mereka hingga ke parlemen Jumat (27/10). 

Deklarasi kemerdekaan itu ditengarai tidak akan bertahan lama karena tidak diakui oleh Spanyol, dan bahkan Perdana Menteri Spanyol diberi mandat oleh senat untuk mengambil alih kepemimpinan atas Catalonia, baik keuangan maupun politik. 

Banyak warga Catalan, baik yang pro maupun kontra kemerdekaan, merasakan deklarasi itu sebagai langkah besar. 

"Tak ada jalan untuk kembali," ujar Servitje, yang didukung oleh saudarinya, Montserrat Servitje. 

"Saya setuju untuk Catalonia merdeka, tapi tidak melalui jalan yang kini sedang terjadi, kami tak tahu bagaimana ini jadinya nanti," ujar dia. 

Mendukung Spanyol 

Sementara itu, Pol Aranda (24) menyatakan dirinya berada di pihak Spanyol. Namun, ia tak memungkiri apa yang dilakukan pihak kepolisian sewaktu kisruh referendum 1 Oktober membuatnya ketakutan. 

"Saya tak setuju dengan politik Spanyol tapi saya juga tidak setuju dengan apa yang terjadi saat ini," ujarnya merujuk pada permainan politik antara kelompok separatis Catalonia dan pemerintah Spanyol.

Tak jauh dari situ, Ana Moran (34) mempertanyakan prioritas para politisi. 

"Kelompok separatis tak punya agenda yang jelas," ujarnya. 

Tak hanya itu ia juga mengkhawatirkan kondisi Catalonia di masa mendatang. 

"Kita pernah mendapat serangan sebelumnya," ujar dia merujuk pada terorisme di sekitar Barcelona yang menewaskan 16 orang di Agustus lalu. Dengan apa yang terjadi dengan pemerintahan Catalonia, kekhawatiran itu bertambah.

Seperti dilansir dari Independent, Gerard Figueras selaku menteri olahraga Katalunya angkat bicara. Dia mengatakan, Barcelona dapat saja keluar dari La Liga dan pindah ke liga mana pun, termasuk Liga Primer Inggris.


Tidak ada komentar: